Kanker
adalah penyakit yang paling ditakuti oleh kaum hawa. Dan ketakutan itu semakin
menjadi - jadi karena kanker lebih banyak menyerang kaum hawa. Dari beragam
jenis kanker, Kanker Payudara menempati urutan
pertama sebagai penyerang paling mematikan pada perempuan di Indonesia.
Ketakutan tentang kanker payudara tidak berhenti sampai di sini, perempuan yang
terdeteksi kanker payudara juga sulit disembuhkan. Hal ini dikarenakan,
biasanya kanker payudara sering kali ditemukan pada stadium lanjut. Selain itu kanker payudara dapat menyerang perempuan manapun
tanpa kecuali. Ketidak tahuan penyebab pastinyalah, maka kanker payudara bisa
menyerang siapapun.
Adalah
Arie Primadewi Sukamto—biasa dipanggil
Mbak Arie, pernah merasakan badannya sangat lelah selepas berumroh. Kala
itu yang dipikir hanya karena jet lag
atas penerbangan yang dilakukannya. Akan tetapi rasa lelahnya disertai dengan gejala demam bahkan sampai
menggigil. Kondisi ini akan kembali normal setelah keesokan harinya dan terjadi
selama beberapa hari, sampai akhirnya Mbak Arie memutuskan untuk ke dokter. Dari
pemeriksaan itu dokter meminta Mbak Arie melakukan USG dan mamografi. Langkah
berikutnya, Mbak Arie harus menjalani biopsi needle core, yaitu mengambil
jaringan sebanyak 5 cm, selanjutnya diobservasi. Hasilnya sungguh mengejutkan !
Mbak Arie terdiagnosa kanker payudara stadium 2B. Dan keputusannya, Mbak Arie
harus menjalani pengangkatan seluruh jaringan payudara. Duh ! Rasanya bumi
seperti berhenti berputar.
Seperti
yang sudah saya uraikan sedikit di atas, sebagai perempuan tentu saja vonis ini
membuat Mbak Arie sedih luar biasa. Bukan hanya itu, rasa takut bahkan sampai
pada kehancuran hati juga dirasakan oleh perempuan kelahiran empat puluh dua
tahun silam. Justru anehnya, perasaan campur aduk itu tidak dapat membuatnya
menangis. Pikiran dan perasaannya tertuju pada keluarga saja, anak-anak dan suami
tercinta. Karena sudah terbayang bahwa mau tidak mau Mbak Arie harus menjalani
pengangkatan payudara. Bayangan bahwa suami tidak dapat menerima kekurangan itu
juga sempat terlintas dalam pikirannya. Bagaimana mungkin seorang perempuan
berkeluarga hidup tanpa payudara ? Perempuan manapun di dunia ini pasti akan
memiliki pikiran yang sama saat vonis kanker payudara jatuh padanya.
Lahir
dan besar dalam keluarga dengan profesi dokter tidak lantas membuat Mbak Arie
tenang. Bahkan kemelut hati dan pikiran masih berlanjut kearah yang lain. Kesedihan
berlapis dengan ketakutan terus menggelayutinya. Atas saran dokter sebagai
tindakan preventif berikutnya, Mbak Arie diminta menjalani bonescan
dan MRI. Lagi-lagi, hasil dari bonescan ditemukan
metastase ke torakal 8. Dari hasil PA diketahui juga bahwa Mbak Arie divonis
terkena kanker kelenjar getah bening stadium 3B grade 3 dengan ER positif. Pada
situasi seperti ini, penderita diharuskan menjalani kemoterapi sebanyak 6
siklus dengan brexel dan cyvlovid. Setelah proses kemo selesai,
pengobatan akan dilanjutkan dengan radiasi sebanyak 30 kali. Saat menjalani
proses radiasi inilah kompleksitas terjadi yaitu kulit ketiak melepuh disertai
dengan rambut rontok.
Serangan
diagnosa dokter onkologi yang bertubi-tubi ini cukup meluluh lantahkan hati dan
pikiran Mbak Arie. Meskipun dokter sudah menyusun rangkain pengobatan, namun
tetap saja karut marut serta kesedihan masih menderanya. Sampai akhirnya, di
tengah-tengah sujudnya Mbak Arie menemukan lampion tanpa cahaya. Pikirnya untuk
membuat lampion itu menyala diperlukan sebuah saklar. Maka setelah saklarnya dihidupkan
akan muncul cahaya. Refleksi alam bawah sadar ini membuat Mbak Arie menemukan
setitik harapan. Lalu Mbak Arie menemukan sebuah saklar untuk menghidupkan
kembali semangat hidupnya. Saklar itu bernama ‘syukur’ akhirnya Mbak Arie
selalu membuat status di media sosialnya dengan hesteg #saklarsyukuron.
Mbak
Arie tidak mau berlama-lama berkubang dalam karut marut kesedihan dan
kehancuran. Semangat ini digaungkan dalam dirinya. Bahkan Mbak Arie sempat
berteriak,”Kanker payudara aku tantang kau dengan semangat ! Ini adalah awal
kebangkitan Mbak Arie untuk sembuh. Ya, dengan menantang kanker payudara untuk
bertarung, Mbak Arie menjalani pengobatan step
by step seperti anjuran dokter. Masih dengan semangatnya, semakin kanker itu
ditakuti maka semakin beranilah dia menggerogoti tubuhnya. Mbak Arie tidak mau
itu terjadi, hidup memang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, tugas manusia
hanyalah berikhtiar. Itu saja ! Setelah selesai dengan pengobatan secara medis,
Mbak Arie melanjutkan pengobatan dengan melakukan food combining. Enam bulan pertama Mbak Arie menjalankan food combining penuh. Hanya makan sayur
dan buah mentah tanpa protein hewani.
Semangat
juang, pantang menyerah dan terus mengobarkan kesembuhan dengan penuh disiplin
akhirnya membuahkan hasil. Mbak Arie dinyatakan sembuh tentu saja dengan
predikat “mantan penderita”. Bagi Mbak
Arie predikat itu hanya semacam sinyal pengingat agar dirinya berhati-hati
dalam menjaga pola makan. Dua tahun sudah perjuangan melawan kanker payudara
dilalui Mbak Arie dengan mengorbankan segala cara. Perjuangannya memang tidak
sia-sia. Siasatnya untuk menantang kanker payudara bertarung bukan main-main.
Saat ini Mbak Arie sedang merasakan bahagia atas kemenangannya, tapi juga tidak
lengah. Karena sewaktu-waktu kanker payudara bisa kembali menyerangnya.
Kemenangan
atas kanker payudara itu digaungkan pada teman-teman senasib. Mbak Arie kini
aktif di media sosial facebook dengan status-status food combiningnya. Dari status inilah, seluruh perempuan, baik yang
terdeteksi maupun sehat terinspirasi untuk menjaga pola makan. Perempuan berzodiak Aries ini sekarang juga
menjadi aktivis team edukasi di Love Pink. Sebagai survivor breast cancer, Mbak Arie membagikan
perjuangannya dalam menghadapi kanker. Kanker bukan berarti akhir dari
segalanya, tapi awal dari hidup yang baru. Terutama untuk pola hidup, pola
makan dan disiplin diri. Meskipun pola ini dapat dikatakan telat tapi bukan
tidak bisa dilakukan. Kini, lampion itu tetap menyala bahkan akan terus
menyala, karena #sklarsyukuron
ditambah dengan pompaan semangat tak akan pernah bisa memadamkannya. Tak akan
pernah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar